Kemantapan Hati Menempuh Perjuangan
Mengenai persiapan menuju ujian, berat banget sih, saya akui. Guru-guru dikejar deadline, kami pun juga. Udah tidak ada yang namanya ulangan sehari maksimal dua, yang namanya anak kelas dua belas di Sanur, apalagi yang program IPA sudah harus siap sehari 4 ulangan, bila ditambah Try Out. Tapi untuk saya pribadi, saya tidak komplain, saya sadar kalau bahan kelas dua belas masih banyak banget dan dalam 2 minggu Sanur sudah akan UAS alias Ujian Akhir Sekolah.
Sebernarnya yang membuat lebih ngeri adalah kondisi di sanur yang rata-rata kelas 12 IPA baru pernah dua kali TO, kelas saya sudah TO Kimia dan TO Biologi bahan kelas 10. Di mana ketika saya berbicara dengan kondisi sekolah lain, mereka akan heran. Seperti satu peribahasa Inggris: "Practice makes perfect" Ini gi mana ya nasibnya kalo sekolah lain sudah gencar latihan sedangkan kita masih di awal.
Until persiapan Ujian jujur saya pribadi belum sempat memperhatikan di karena kan baru kemaren dan hari ini saya akhirnya menyelesaikan perjuangan selama 7 bulan untuk tes masuk universitas yang saya inginkan. Selama ini, kalau membicarakan ujian, ya saya mempersiapkan ujian tes masuk universitas yang lebih genting.
Sekarang saya sudah mula mengatur jadwal, dengan ikut bimbingan untuk masuk PTN dan jadwal belajar ulang semua pelajaran di SMA. Untuk waktu dekat ini saya akan terlebih dulu mengejar tugas-tugas dan tes-tes yang tidak saya ikuti karena izin.
Misalnya dalam mengikuti BTA, saya bimbang, jujur saja karena baru saya ingin lega akan semua perjuangan yang sudah selesai, kembali saya dihadapkan pada perjuangan berikutnya. Saya ingin komplain tapi kembali sema hal ini adalah proses yang harus dilewati, tanpa perjuangan dan pengorbanan tak akan ada hasil.
Seperti kata mama saya: "Perhatikan del, setiap orang yang behasil pasti karena telah membayar keberhasilan mereka. Yang tidak mau bayar ya tidak akan berhasil!"
Salam hal ini juga bisa saya refleksikan dalam tes ujian masuk kemaren dan hari ini, susah. Semua orang akui, tapi bukan mustahil. Yang salah adalah saya yang merasa susah hingga menunda dan menumpuk perjuangan di akhir. Ini menurut saya yang membuat tes masuk kemaren kurang maksimal, dalam segi mengerjakannya dan kondisi emosi saya yang tidak tenang karena belum mantap belajar. Nasi sudah menjadi bubur, begitu kata kebanyakkan orang. Memang benar, tak ada gunanya menyesali yang sudah lalu. Maka dari pengalaman ini, saya tidak akan membiarkan tes-tes kelulusan dan kesempatan kedua untuk mendaftar PTN sia-sia.
Sekian. Dela.
Komentar
Posting Komentar